Legenda desa marga kencana
Pada zaman dahulu, tinggalah seorang kakek tua
yang bernama Paimin. Kakek Paimin adalah seseorang yang mempunyai dua anak yang
baik dan perhatian kepadanya. Kedua anak itu bernama Dayu sebagai kakak dan
prio adiknya. Istrinya sudah meninggal dua tahun yang lalu. Kakek Paimin bekerja
sebagai pencari kayu bakar yang dijual di pasar. Kakek Paimin tinggal di desa
yang penuh dengan kedamaian. Meskipun desa tersebut mempunyai masalah ekonomi
yang cukup parah, namun mereka tetap bersyukur dengan kenikmatan yang telah
diberi oleh Alloh kepada mereka.
Pada
suatu hari kakek Paimin pergi mencari kayu di hutan belantara yang sering ia
datangi. Saat kakek Paimin sampai di hutan ia terkejut, karena pohon-pohon yang
ada di dalam hutan sudah di tebangi oleh orang-orang jail. Kakek Paimin merasa
sedih karena hewan-hewan yang biasanya menemani ia di dalam hutan sekarang
sudah pergi, selain itu mencari kayu adalah satu-satunya pekerjaan kakek Paimin
saat itu.
Kemudian
ia pulang ke rumah tanpa membawa satu kayu. Setelah sampai di rumah ia memeluk
kedua anaknya, sambil berkata “nak hari ini kakek tidak mendapatkan kayu, jadi
hari ini kita hanya memakan garam dapur”. Anaknya ikut sedih melihat ayahnya
yang sudah tua menangis. Anaknya berkata,”sudah yah jangan sedih lagi besok
kita akan mencari kayu bareng-bareng ya” dengan tersenyum.
Keesokan
harinya kakek dan anak-anaknya pergi ke hutan yang lain untuk mencari kayu
bakar. Saat mereka tiba di hutan, mereka terkejut, lagi-lagi ulah para tangan
jail sudah menebangi pohon-pohon yang ada di hutan. Akhirnya mereka pulang
tanpa membawa kayu bakar, mereka pulang dengan memegangi perut mereka karena
kelaparan. Baru setengah perjalanan pulang anaknya yang bernama Dayu pingsan.
Dan kakek berteriak untuk meminta pertolongan, akhirnya ada seorang wanita
cantik yang menghampiri mereka, wanita tersebut memberi makanan dan minuman
kepada kakek dan kedua anak tersebut. Pada saat kakek Paimin meminumkan air
kepada Dayu dan menoleh ke arah wanita tersebut, ternyata wanita tersebut sudah
menghilang.
Setelah
mereka melanjutkan perjalanan dan sampai di rumah, kakek Paimin duduk di kursi
tuanya sambil meminum secangkir teh hangat. Ia berpikir dalam benaknya,”siapa
wanita tersebut sepertinya aku sudah pernah mengenalnya”. Tidak lama kemudian
ia teringat oleh istrinya yang sudah meninggal, kemudian ia berpikir “ apa dia
????”.
Matahari
mulai tenggelam dan malam mulai datang. Hanya terdengar suara jangkrik dan atap
rumah yang gemerusuh terkena angin yang cukup kencang. Setelah mereka selesai
melaksanakan solat isa mereka pergi ke kamar untuk tidur.
Pada
saat tidur kakek Paimin bermimpi bertemu dengan istrinya. Di dalam mimpi
istrinya berkata,“suamiku, jagalah anak-anak kita jangan sampai mereka
mempunyai masa depan yang suram”. Kemudian kakek Paimin terbangun dan melihat
kedua anaknya yang tidur di sampingnya. Tak lama kemudian kakek Paimin
meneteskan air mata, ia merasa sedih karena sudah gagal merawat anak. Kemudian
dia mengambil air wudhu untuk melaksanakan solat tahajud dan memohon
pertolongan kepada Alloh.
Keesokan
harinya ia berencana untuk menanam pohon didepan rumahnya. Akan tetapi pada
saat ia menggali tanah belum cukup dalam ia menemukan sebatang emas, ia sangat
terkejut, ia tidak menyangka akan semua ini. Kemudian ia pindah menggali tanah
yang ada di dekat jalan, ia menemukan satu batang emas juga. Ia terheran-heran
melihat ini, kemudian ia berpikir,”apa disepanjang jalan ini terdapat emas????”..
Kemudian
ia mengumpulkan orang seluruh kampung untuk menggali tanah di sepanjang jalan
kampung itu. Ternyata benar dugaan kakek Paimin. Kemudian penduduk kampung
sujud secara bersamaan dan berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Setelah kejadian itu
kampung tersebut diberi nama kampung Marga Kencana, karena nama tersebut
mempunyai arti. Marga adalah jalan dan Kencana adalah emas. .
*
* Selesai * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar